Mutiara Akhlak Sebagai Pondasi Pendidikan
Mutiara Akhlak Sebagai Pondasi Pendidikan
Penyusun: Arief Rahardjo, S.Sos
Pendidikan mempunyai peran dan arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat mendorong manusia mencapai kemajuan peradaban. Selain itu, pendidikan memberikan bekal kepada manusia untuk menyongsong hari esok yang lebih cerah dan lebih manusiawi. Islam diturunkan sebagai Rahmatan lil ‘alamin, dan untuk mengenalkan Islam ini diutuslah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia agar kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu, selama kurang lebih 23 tahun, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikan juga yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dalam Bahasa Indonesia, kata "pendidikan" berasal dari kata "didik" yang mendapat awalan "pen" dan akhiran "an". Kata tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam KBBI, adalah perbuatan (hal, tata cara, dan lainnya) mendidik. Dalam pengertian ini juga memberi kesan bahwa kata pendidikan dalam bahasa Indonesia berarti pengajaran atau mengajar, atau dalam bahasa Inggris adalah "education". Secara semantik, (kebahasaan) dari kata pendidikan dan pengajaran (education atau teaching) mengacu pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian kebahasaan, kita sering menjumpai kata "tarbiyah" dalam bahasa Arab, selain kata "ta’lim". Kata tersebut oleh para penerjemah sering diartikan sebagai pengajaran. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dari sudut etimologi (ilmu akar kata) sering menggunakan istilah "ta’lim" dan "tarbiyah" yang berasal dari kata "allama" dan "rabba" yang dipergunakan dalam al-Quran. Kata "tarbiyah" lebih luas konotasinya, yaitu mengandung arti memelihara, membesarkan, dan mendidik sekaligus mengandung arti mengajar (allama). Pendapat Naquib Alatas, yang saya kutip dari bukunya yang berjudul *Islam and Secularism*, juga mencantumkan kata "ta’dib" yang berhubungan dengan kata "adab" yang berarti sopan santun.
Pendidikan merupakan kunci peradaban manusia yang lebih baik. Secara umum, berlangsungnya proses pendidikan disebabkan oleh keinginan untuk mengetahui sesuatu hal, dan ini sejalan dengan dasar pendidikan itu sendiri, yakni pengetahuan. Di sisi lain, pengetahuan adalah kontributor terbesar dalam perkembangan dunia, sehingga diperlukan lingkungan pendidikan yang cerdas sebagai perwujudan atas peran penting dalam berkontribusi pada peradaban manusia.
Pendidikan sampai saat ini merupakan alat yang paling efektif sebagai upaya pengembangan terhadap kemajuan manusia. Perkembangan dunia yang pesat seperti saat ini tentu tidak bisa lepas dari peran penting pendidikan. Majunya perkembangan teknologi yang canggih dan cepat merupakan andil dari arus pendidikan itu sendiri. Maka, tidak berlebihan apabila disebutkan bahwa pendidikan merupakan akar dari semua kemajuan yang dialami oleh umat manusia, karena dari pendidikan lahirnya sumber daya manusia yang berperan dalam setiap perkembangan aspek kehidupan manusia. Pentingnya peran pendidikan tentu sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Dari penjelasan di atas, saya akan membahas lebih mendalam mengenai nilai-nilai dasar pendidikan, urgensi pendidikan di kampus saat ini, fungsi pendidikan saat ini yang sudah sejalan dengan nilai keislaman, perbedaan akhlak dan moral, penerapan cerminan akhlak yang baik, cara pandang Islam dalam menyikapi permasalahan di era milenial, dan bagaimana sikap seseorang agar menjadi panutan yang baik.
Nilai Dasar Pendidikan
Membahas nilai dalam pendidikan dalam Islam berarti berbicara tentang hakikat nilai pendidikan agama Islam yang memiliki proses dan bertujuan untuk Pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk dan tidak statis, melainkan merupakan keseluruhan dari kepribadian seseorang yang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara fitrah manusia, serta sumber daya insani yang bertujuan untuk membentuk manusia yang sempurna (Insan Kamil) sesuai dengan norma-norma dalam Islam. Begitu pula dengan tujuan hakikat Pendidikan Islam yang dikatakan oleh Zakiah Daradjat adalah untuk membentuk kepribadian seseorang menjadi Insan Kamil dengan bentuk takwa. Dalam proses pendidikan, seharusnya berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam, yaitu yang berlandaskan Al-Quran dan Hadits.
Berdasarkan fakta kejadian yang terjadi, nilai-nilai dasar pendidikan saat ini sangat jauh dari kata maju atau berkembang. Moral remaja dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, dalam segala aspek moral seperti tutur kata, sopan santun, cara berpakaian, pergaulan, dan lain sebagainya. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja ialah perkembangan era globalisasi yang tidak seimbang, karena era globalisasi terus menggerogoti bangsa ini. Sayangnya, kita seakan tidak sadar dan malah mengikutinya. Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang lagi aspek kesantunan. Ketidak seimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak. Bila dahulu kehidupan remaja cenderung dikendalikan oleh nilai-nilai moral yang mengungkungnya, baik dari masyarakat maupun keluarga, maka zaman sekarang justru mengabaikannya. Tidak menampik juga karena kemajuan zaman era digital yang melunturkan nilai-nilai dalam pendidikan. Tidak adanya sinkronisasi pembelajaran digital dengan nilai atau norma pendidikan serta peran orang tua yang terkesan cuek kepada anaknya akibat sibuk dengan karier.
Urgensi Pendidikan Saat Ini
Dalam proses untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan hidup, setiap individu diperintahkan untuk belajar secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari ditetapkannya manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Pendidikan merupakan bagian dari tugas kekhalifaan manusia. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini, Islam memberikan pandangan bahwa konsep-konsep mendasar tentang pendidikan dan tanggung jawab umat Muslim untuk menjabarkan dan mengaplikasikannya ke dalam praktik pendidikan.
Pendidikan Islam merupakan keharusan mutlak untuk dilaksanakan secara konsisten dengan penuh rasa tanggung jawab, guna mencapai kesejahteraan hidup sebagai wujud peribadatan dan ketakwaan kepada Sang Maha Segala. Ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah adalah berkaitan dengan urgensi pendidikan, yakni "iqra’" dalam Surat Al-Alaq, yaitu perintah membaca. Hasil usaha belajar membaca ayat-ayat Qur’aniyah dapat menghasilkan ilmu agama seperti fiqih, tauhid, akhlak, dan sebagainya. Sedangkan hasil usaha membaca ayat-ayat kawniyah dapat menghasilkan sains dan berbagai bidang ilmu lainnya. Intinya, ilmu yang bersumber dari ayat-ayat Qur’aniyah dan kawniyah harus diperoleh melalui proses belajar membaca.
Allah memberikan anugerah yang paling berharga seperti kedua mata untuk melihat, sepasang telinga untuk mendengar, dan hati untuk merasa agar dipergunakan untuk merenung, memikirkan, dan memperhatikan apa-apa yang ada di sekitarnya. Kesemuanya ini merupakan pelecut bagi segenap umat manusia untuk mencari ilmu pengetahuan melalui jalur pendidikan dan sekaligus merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, sejak kecil hingga berusia lanjut.
Urgensi pendidikan Islam di samping sebagai kewajiban kita sebagai manusia juga mutlak dibutuhkan oleh setiap umat Muslim untuk kepentingan eksistensinya, terutama di saat memasuki era globalisasi yang penuh tantangan. Pendidikan Islam yang menekankan aspek kecerdasan spiritual memiliki format pemeliharaan, pemanfaatan, dan pengembangan fitrah kemanusiaan dalam mengantisipasi krisis spiritual di era globalisasi.
Namun, urgensi pendidikan saat ini sudah jauh dari harapan, khususnya terhadap mahasiswa di perguruan tinggi. Banyak dijumpai mahasiswa yang lebih senang nongkrong dan rela meninggalkan jam kuliah hanya demi kesenangan yang sifatnya sementara, serta rela mengutamakan organisasi dengan embel-embel aktivis. Mereka saat ini juga banyak terlibat dalam perilaku tidak baik, seperti pertikaian antar organisasi atau fakultas, perilaku moral/asusila, pornografi, dan porno aksi, dan lain-lain. Berkembangnya teknologi tidak menjamin majunya nalar. Saat ini banyak mahasiswa yang menggunakan teknologi tidak semestinya, misalnya untuk membuka situs-situs porno dan hingga kecanduan game. Pengaruh negatif globalisasi lebih banyak dibandingkan pengaruh positifnya. Kita sebagai seorang Muslim tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang dilarang oleh syariat Islam. Dengan adanya pendidikan Islam, diharapkan akan terbentuk karakter Akhlaqul Karimah bagi mahasiswa, sehingga mereka mampu menyaring mana pergaulan yang baik dan mana yang buruk. Pendidikan Islam mengarahkan setiap mahasiswa untuk tetap berkomitmen terhadap ajaran agamanya dan tidak terbuai dengan lingkungan yang tidak baik. Pendidikan Islam juga mengajarkan agar mereka tidak berperilaku buruk dalam setiap aktivitasnya.
Apakah Fungsi Pendidikan Saat Ini Sudah Sejalan Dengan Nilai Keislaman?
Menurut saya, fungsi pendidikan saat ini belum sepenuhnya sejalan dengan nilai-nilai keislaman. Banyak aspek dari sistem pendidikan yang perlu dievaluasi, terutama di kampus-kampus Islam itu sendiri. Pendidikan Islam di tengah gesekan pendidikan sekuler menjadi salah satu faktor mundurnya fungsi pendidikan Islam. Sekulerisme dipahami sebagai ideologi dan pandangan hidup yang memisahkan urusan duniawi dari urusan keagamaan. Oleh karena itu, sistem pendidikan sekuler sering mengalami krisis yang akut karena hanya fokus pada pengajaran yang bersifat duniawi semata. Filosofi pendidikan Barat yang sekuler tentu berbeda dengan filosofi pendidikan dalam Islam.
Dalam Islam, tujuan utama pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, adalah pembentukan kepribadian dan akhlak seorang Muslim. Pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan dengan akhlak yang kurang baik. Akhlak yang rendah sangat berbahaya bagi kehidupan bersama karena dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial.
Kegagalan pendidikan agama saat ini memerlukan perhatian serius dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Hal ini cukup beralasan mengingat moral anak bangsa telah berada pada titik yang sangat memprihatinkan. Seperti yang dijelaskan dalam bagian Urgensi Pendidikan di atas, maraknya penyimpangan perilaku di dunia pendidikan seperti tawuran, penggunaan narkotika, penurunan moral dan etika, serta perilaku asusila membuat kualitas pendidikan menjadi rusak dan menghambat fungsi pendidikan. Permasalahan ini semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini membawa kita pada pertanyaan mengenai peran pendidikan agama di perguruan tinggi.
Harus diakui bahwa telah terjadi kesalahan paradigma dalam proses pembelajaran agama. Kesalahan paradigma ini adalah penekanan pada aspek kognitif sebagai prioritas utama. Padahal, agama juga mencakup akhlak yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perilaku sehari-hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya jam pembelajaran yang tersedia untuk pelajaran ini sehingga aspek aqidah dan akhlak tidak terlalu mendalam. Selain itu, sebagian besar tenaga pendidik masih terperangkap dalam ketuntasan kurikulum. Pembelajaran dianggap sukses jika target kurikulum tercapai. Oleh karena itu, tidak heran jika selama ini pembelajaran hanya sebatas pengajaran, bukan pendidikan, dan hanya sebatas transfer of knowledge tanpa disertai transfer of values.
Kondisi ini tentu saja menjadikan pendidikan Islam tidak maksimal, dan sangat wajar jika belum dapat membentuk pribadi pelajar yang berakhlak. Oleh karena itu, sebagai tenaga pendidik, kita harus menyadari kondisi ini dan berusaha secara terus-menerus meningkatkan kualitas diri. Pendidik dituntut untuk senantiasa mengembangkan diri dalam segi pengetahuan dan wawasan tentang berbagai metode, konsep, dan pendekatan baru dalam dunia pendidikan. Namun, masih sedikit tenaga pendidik yang menyisipkan sisi spiritual kepada murid atau mahasiswanya.
Masih banyak tenaga pendidik yang mengajar tanpa memberikan keteladanan yang baik. Bahkan, terkadang justru memberikan contoh yang tidak semestinya. Bagaimana mungkin pendidik mengajarkan untuk saling menghargai antar sesama jika hubungan antar rekan kerja dengan staf tidak harmonis? Bagaimana mungkin mengajarkan kasih sayang jika pendidik bersifat otoriter dan kasar? Antara ucapan dan perbuatan tidak ada keselarasan.
Apa Bedanya Akhlak dan Moral?
Perbedaan antara akhlak dan moral adalah sebagai berikut: Akhlak adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat yang berasal dari bahasa Arab atau bentuk jamak dari kata "khulq". Sedangkan moral adalah istilah yang mengacu pada kebiasaan yang bersifat lokal atau khusus dalam menentukan karakter, sifat, pendapat, atau perbuatan yang mengetahui baik buruknya atau salah benarnya tindakan.
Bagaimana Islam Menerapkan Cerminan Akhlak Yang Baik?
Akhlak sebagai pondasi dasar sebuah karakter dalam diri adalah bagian dari pendidikan Islam. Dalam kehidupan dewasa ini, manusia memerlukan pedoman dan keteladanan sebagai panutan dalam aktivitasnya. Umat Islam hendaknya merujuk pada kepribadian dan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam dengan sebaik-baiknya. Pada zaman dahulu, Rasulullah berdakwah dengan mengedepankan akhlak, bukan dengan kekuatan senjata, bukan dengan kekerasan, dan bukan dengan cara biadab. Beliau menonjolkan akhlak mulia dan akhlak terpuji.
Dalam memaknai akhlak, akhlak merupakan sikap yang melekat pada seseorang atau individu berupa ketaatan pada aturan dan ajaran Islam yang tercermin dalam berbagai amal, doa, kepatuhan pelaksanaan ibadah, serta sikap tatakrama atau adab terhadap orang lain. Sebagai manusia, kita seharusnya menerapkan cerminan akhlak yang diatur dalam agama, seperti berpegang teguh pada kejujuran, berprasangka baik (husnuszan), menjawab salam, mengerjakan amal ma'ruf nahi munkar, amanah, dan menjaga pandangan dari hal-hal yang haram.
Bagaimana Cara Pandang Islam dalam Menyikapi Permasalahan Akhlak di Era Saat Ini?
Untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang terjadi di masyarakat, solusi yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal shaleh. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, rajin beribadah, dan beramal shaleh, kita akan terhindar dari perbuatan yang tidak sesuai dengan jalan Allah.
b. Memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya (yang bermanfaat).
c. Tidak mudah larut dalam kesenangan dan pergaulan yang bebas, karena kebiasaan ini akan menguras segala kemampuan dan dapat menghancurkan masa depan.
d. Melakukan kegiatan-kegiatan positif bagi masa depan, seperti mengikuti kajian majelis ilmu.
Bagaimana Sikap Seseorang Agar Menjadi Panutan yang Baik?
Dalam keseharian beraktivitas, kita sering bertemu dengan orang yang mudah diterima oleh semua kalangan. Bukan sekadar diterima, tetapi juga disambut dan disegani dengan karakter tegas yang membuat orang selalu menghormati. Ada yang menyebut "pesona" semacam ini sebagai pemberian—atau bakat—dari Sang Pencipta. Untuk menjadi panutan yang baik di mata masyarakat, hendaknya kita:
1. Berkepribadian positif, karena orang yang memiliki perilaku serta mental positif umumnya akan mudah terlihat dan dirasakan oleh orang lain. Dengan kepribadian positif, seseorang akan lebih mudah sukses dan memiliki reputasi yang lebih baik dibandingkan yang lain.
2. Memantaskan diri di suatu tempat (beradab).
3. Percaya diri, bersahabat, dan disiplin.
4. Menjadi teladan untuk orang sekitar.
5. Jujur, tekun, konsisten, dan komitmen.
6. Profesional.
7. Mengelola waktu dengan baik.
8. Memperlakukan orang lain dengan baik dan hangat (ikhlas).
9. Tidak mengharapkan pamrih dan belajar dari kesalahan yang dilakukan.
“Menjadi guru artinya tanggung jawab intelektual dan moral murid ada di tanganmu. Kamu mungkin tidak tahu sampai kapan kamu akan melakukan, namun kamu tahu? Sekali menjadi guru, seumur hidup kamu telah memberi inspirasi.” (Arief Rahardjo)
---