KETIKA BUMI PERTIWI MENANGIS
Oleh : Derai Rindu (Arief Rahardjo)
Begitu indah alam negeriku bak surga yang membuat mata tak pernah puas untuk memandangnya,
Negeri yang beribu kepulauan tertata amat rapi serasa begitu sangat sempurna.
Sebuah maha karya yang maha dahsyat dari sang Pencipta.
Samudra yang seakan tak bertepi, daratan luas membentang seakan tak berujung.
Gunung tinggi menjulang dan langit biru yang luas mengelilingi jagad raya,
Begitu sangat eloknya..
Tapi ketika keserakahan telah menjamahnya,
Alam yang indah menggeliat dan meronta,
Merintih, menangis tak tahan menahan rasa sakit yang amat sangat.
Keangkuhan telah menikamnya,
Mengoyak -ngoyak tubuh eloknya,
Menjadi santapan nafsu serakah yang tak pernah puas melampiaskan hasratnya.
Jangan salahkan bila alam pertiwi yang merintih, merantap dan meronta mengamuk sejadinya.
Air matanya menjadi banjir,
Merontanya menjadi longsor di mana-mana, Dan amuknya menjadi bencana yang dahsyat.
Gempa, tsunami, gunung meletus dan bencana hebat lainnya adalah amarahnya yang sudah tak tertahankan lagi.
Sadarkah manusia tentang itu?
Sepertinya mereka tetap asyik dengan kesombongannya,
Asyik dengan keserakahannya,
Tetap bergelut dengan maksiatnya,
Mungkin sampai bumi pertiwi akan membolak-balikannya, mengubur kesombongan dan keangkuhannya.
Kemudian alam melumat nafsu serakahnya menjadi hancur lebur;
Barulah penyesalan itu akan tiba...
Derai Rindu, Tarakan 2020.