Syed Naquib Al-attas, Fenomena Islamophobia: Sebuah Kajian Awal

Syed Naquib Al-attas, Fenomena Islamophobia: Sebuah Kajian Awal


Fenomena Islamofobia, telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat Islam pada era modern ini. Kekhawatiran, ketakutan, dan prasangka buruk terhadap Islam dan pemeluknya terus berkembang di berbagai belahan dunia. Fenomena ini seringkali disertai dengan tindakan diskriminatif, ujaran kebencian, bahkan kekerasan terhadap komunitas Muslim. Salah satu penyebabnya ialah karena kesalahpahaman dalam mendalami dan memahami islam sebagai agama. Kerusakan pengetahuan tentang islam seringkali mengakibatkan islamphobia, baik dikalangan islam itu sendiri menjadi phobia terhadap agama yang dianut nya. Sebagian besar miskonsepsi itu disebabkan 1). mempelajari islam tanpa merujuk pada otoritas ilmiah 2). pembingkaian media sosial tentang islam 3). sekularisasi yang mereduksi islam hanya sebatas agama arab kuno.

The definition of Islamophobia itself is a combination of the words “Islam” and “phobia”. The known Islam which is known is essentially adivine religion which in its teachings contains commands and prohibitions for associating partners other than God (Allah s.w.t.), starting from having to practice the pillars of Islam and the pillars of faith. Meanwhile, the word “phobia”, comes from English, fear, hate (Aziz, 2016). Thus, Islamophobia is an understanding that knows and fears Islam. This fear is caused by many things, for example, Islam is activated as an extreme religion, war (jihad), and other harmful things (Mohammad H.Tamdgidi, 2012).

Definisi dari Islamofobia itu sendiri merupakan gabungan dari kata “Islam” dan ‘fobia’. Islam yang dikenal islam yang diketahui pada dasarnya adalah sebuah agama ilahi yang di dalam ajarannya berisi perintah dan larangan untuk menyekutukan Allah s.w.t. (Allah s.w.t.), mulai dari keharusan untuk menjalankan rukun Islam dan rukun Iman. rukun Islam dan rukun iman. Sementara itu, kata “fobia”, berasal dari bahasa Inggris, yaitu takut, benci (Aziz, 2016). Dengan demikian, Islamofobia adalah suatu paham yang mengenal dan takut terhadap Islam. Ketakutan ini disebabkan oleh banyak hal, misalnya, Islam diaktivasi sebagai agama yang ekstrem, perang (jihad), dan hal-hal lain yang merugikan (Tamdgidi, 2012).

Salah satu fenomena yang sempat menggemparkan salah satunya adalah peristiwa 9/11 di Amerika pada tahun 2001 yang secara keliru menyandingkan Islam dengan terorisme. Hal ini diperparah oleh framing yang dilakukan oleh media sekuler, yang semakin memperkuat tuduhan tidak berdasar terhadap Islam. Akibatnya, ruang dialog antarumat beragama menjadi tertutup, dan pemahaman terhadap Islam menjadi tereduksi, terbatas hanya pada apa yang disajikan oleh media, bukan esensi sebenarnya dari ajaran Islam.

Ditinjau dari teori dasarnya, oleh filsuf muslim melayu Syed Naquib al-attas, analisisnya tentang hal-hal yang menimpa kaum muslimin modern ini adalah karena kerusakan pengetahuan yang membuat orang salah paham terhadap islam. Kejadian ini pula yang menyebabkan umat islam itu sendiri benci terhadap hal-hal yang berbau islam. syed naquib al attas menganggap bahwa cara yang paling tepat untuk menghindari hal tesebut ialah melalui Pendidikan. yang oleh alattas disebut ta’dib. Beberapa penelitian tentang ta’dib dalam perspektif al-attas menemukan kesimpulan, bahwa kerusakan pengetahuan ini lah yang menyebabkan kebingungan dibenak kaum muslimin dan juga non-muslimin. Lebih jauh lagi, efek dari penyebaran ilmu yang rusak itu, meskipun terlihat dapat membawa kemajuan teknologi dan lainnya, namun menurunkan moralitas. Untuk itu ta’dib dapat ditawarkan sebagi landasan teori dalam menjelaskan terjadinya islamphobia. Hilangnya adab, menurut pemikiran Syed Muhammad Naquib al-Attas, memiliki hubungan yang erat dengan fenomena korupsi ilmu. Al-Attas mengidentifikasi loss of adab sebagai akar permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia, termasuk dalam konteks islamphobia. Berikut adalah penjelasan mengenai hubungan antara hilangnya adab dan korupsi ilmu menurut al-Attas:

Hilangnya Adab :
Definisi dan Implikasi: Hilangnya adab merujuk pada keruntuhan disiplin dalam tubuh, akal, dan jiwa. Hal ini berujung pada hilangnya pengenalan dan pengakuan terhadap nilai-nilai keadilan dan kebijaksanaan. Ketika adab sirna, individu menjadi tidak mampu bertindak secara proporsional, yang mengarah pada perilaku zalim dan tidak adil.

Keterkaitan dengan Ilmu: Al-Attas menyatakan bahwa kerusakan dalam ilmu pengetahuan sering kali berakar dari hilangnya adab. Ketidakmampuan untuk membedakan antara ilmu yang benar dan yang salah menciptakan kebingungan intelektual, yang pada gilirannya memunculkan pemimpin palsu—individu yang tidak memiliki integritas dalam kepemimpinan.

Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, kerusakan pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan fenomena islamophobia. Berikut adalah beberapa poin utama mengenai hubungan tersebut.

Kerusakan Pengetahuan:

Kejahilan Tentang Islam: Al-Attas menekankan bahwa kerusakan pengetahuan di kalangan umat Muslim disebabkan oleh kejahilan terhadap hakikat Islam. Hal ini menciptakan kesalahpahaman yang mendalam tentang ajaran dan nilai-nilai Islam, yang pada gilirannya dapat memicu sikap negatif terhadap umat Muslim dari pihak lain.

Pengaruh Ilmu Barat: Al-Attas mengkritik masuknya ilmu pengetahuan Barat yang sekuler ke dalam pemikiran Islam. Ia berpendapat bahwa banyak cendekiawan Muslim terpengaruh oleh cara pandang Barat yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, sehingga menghasilkan pemahaman yang keliru dan kerancuan dalam ilmu. Ini berkontribusi pada pembentukan stereotip negatif tentang Islam.

Islamophobia

Stereotip Negatif: Kerusakan pengetahuan menyebabkan munculnya stereotip negatif terhadap umat Islam, di mana mereka sering kali dianggap sebagai ancaman atau pelaku kekerasan. Hal ini diperburuk oleh media yang menyebarkan narasi negatif, sehingga masyarakat luas mengembangkan sikap islamophobia.

Krisis Adab dan Kepemimpinan: Al-Attas juga mengaitkan hilangnya adab dengan munculnya pemimpin palsu yang tidak memahami atau menghargai nilai-nilai Islam. Ketidakmampuan untuk mengenali pemimpin sejati dapat memperburuk islamophobia, karena masyarakat menjadi bingung dan kehilangan arah dalam memahami kepemimpinan yang baik.

Oleh karenanya, inti pembicaraan Al-Attas tentang Islamofobia berakar pada krisis adab yang mengakibatkan terjadinya kekacauan dalam memahami pengetahuan. Krisis adab ini terjadi ketika seseorang tidak menempatkan pengetahuan, manusia, dan realitas pada tempatnya yang benar, sesuai dengan tatanan yang telah ditetapkan oleh Islam. Menurut Al-Attas, adab adalah pengetahuan tentang bagaimana menempatkan sesuatu sesuai dengan posisinya yang benar, baik itu dalam konteks pengetahuan, perilaku, maupun hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Ketika adab hilang, maka terjadi kesalahpahaman terhadap konsep-konsep dasar Islam, dan inilah yang menjadi penyebab munculnya Islamofobia. Misalnya, tanpa adab, seseorang dapat memandang Islam hanya dari sudut pandang yang sempit, stereotip, atau salah kaprah, sehingga menghasilkan prasangka dan ketakutan terhadap ajaran Islam.

Solusi yang ditawarkan oleh Al-Attas untuk mengatasi kerusakan pengetahuan dan mengurangi Islamofobia adalah melalui pendidikan yang berfokus pada konsep ta’dīb—yakni penanaman adab dalam segala aspek kehidupan. Menurut Al-Attas, pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai Islam yang autentik dan bertujuan membentuk pemahaman yang benar tentang hakikat Islam, sehingga dapat memperbaiki persepsi dan mengurangi ketakutan serta kebencian terhadap umat Muslim. Kerusakan pengetahuan yang terjadi akibat hilangnya adab telah berkontribusi secara langsung terhadap munculnya Islamofobia. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah melalui upaya pemulihan adab dan pengembalian pengetahuan kepada akarnya yang benar, yaitu berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam. Dengan pendidikan yang mengedepankan ta’dīb, diharapkan pemahaman masyarakat akan Islam menjadi lebih mendalam dan benar, sehingga Islamofobia dapat ditekan dan diminimalisir. (Elfarouq)
Blog Post Lainnya
Social Media
Alamat
+62 852-3555-5511
pdpersistarakan@gmail.com
-
@2024 portalpersis.com Inc.