MUI Kota Tarakan Gelar TOT: Asah Keterampilan Dakwah Khatib
Tarakan, 24 November 2024 – Ketua Komisi Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tarakan sukses menyelenggarakan kegiatan workshop Training of Trainer (TOT) Khotib yang diadakan di Aula Al-Ikhlas, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Tarakan. Acara yang mengusung tema "Meningkatkan Kompetensi Khotib atau Dai dalam Membawa Pesan Dakwah yang Inspiratif, Relevan, dan Berwawasan Moderat" ini dihadiri oleh para dai dan khotib se-Kota Tarakan, termasuk pengurus Bidgar Dakwah PD PERSIS Tarakan, serta sejumlah tokoh agama dan masyarakat setempat.
Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas para khotib dalam menyampaikan pesan dakwah yang lebih efektif, relevan, dan moderat, sesuai dengan tantangan zaman yang semakin kompleks. Sebagai pembicara dalam acara tersebut, hadir tiga narasumber di bidang dakwah, yaitu Drs. KH. Abdul Samad, Lc, M. Pd. I, KH. Zainal Abdidin Muhja, B. IS., M. Irkh, dan Muhammad Almi, M. Pd. I.
Sesi pertama dimulai dengan pemaparan dari KH. Zainal Abdidin Muhja, B. IS., M. Irkh. Beliau menyampaikan materi mengenai adab seorang khatib dan cara berkhutbah yang baik. Dalam materi ini, beliau menjelaskan rukun, syarat, dan sunnah yang harus diperhatikan oleh seorang khotib. "Seorang khotib harus memahami audiensnya. Jangan terlalu lama berkhutbah sampai jamaah merasa mengantuk. Sebaiknya khutbah yang singkat namun padat dan jelas," ujarnya, disertai tawa dari para peserta yang merasa terhibur. Beliau mengutip sebuah hadits dari Ammar bin Yasir RA, yang diriwayatkan oleh Nabi SAW, yang berbunyi, “ Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah merupakan ciri dari kefaqihan seseorang”.
Selanjutnya, Drs. KH. Abdul Samad, Lc, M. Pd. I menyampaikan materi yang sangat relevan mengenai etika dalam menyampaikan pesan dakwah. Beliau menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam berkomunikasi. "Saat berdakwah, kita harus berhati-hati dalam memilih kata, jangan sampai pesan dakwah kita menyinggung perasaan jamaah. Penyampaian dakwah harus dilakukan dengan lembut (qaulan layyin), tanpa ada kesan menyudutkan atau menyalahkan," ujar beliau.
Pemateri terakhir, Muhammad Almi, M. Pd. I, memberikan materi mengenai retorika dakwah. Menurut beliau, seorang dai dalam menyampaikan dakwah harus berlandaskan pada surah An-Nahl ayat 125 yang berbunyi, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik." Ia juga mengingatkan bahwa setiap Muslim diwajibkan untuk berdakwah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sampaikanlah walaupun itu satu ayat." Dalam sesi ini, Muhammad Almi juga menekankan pentingnya kemampuan retorika dalam dakwah agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh jamaah atau audiens.
Suasana semakin hidup dan interaktif dengan adanya sesi diskusi antara peserta dan para pemateri. Diskusi ini membuka ruang bagi para peserta untuk berbagi pengalaman dan bertanya langsung kepada pemateri mengenai tantangan yang dihadapi dalam berdakwah, sehingga memberikan pemahaman yang lebih dalam.
Acara ini juga mendapat sambutan antusias dari Bidgar Dakwah PD PERSIS Tarakan, yang berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas dakwah di Kota Tarakan. "Dengan adanya workshop ini dan pelatihan yang akan datang, kami berharap para dai dan khotib di Kota Tarakan dapat menyampaikan pesan dakwah yang lebih inspiratif, relevan, dan berwawasan moderat. Sehingga pesan-pesan dakwah dapat menjangkau lebih luas, tidak hanya di Kota Tarakan, tetapi juga di luar kota Tarakan," ujar salah satu perwakilan dari PD PERSIS Tarakan.