Fenomena Menyedihkan! Shalat Terabaikan, Gen Z dan Millennial Paling Rentan!
Survei Indonesia Moslem Report 2019 memunculkan fakta mencengangkan yang mengkhawatirkan umat Islam di Indonesia. Dari sekitar 207 juta Muslim di negeri ini, hanya 38,9% yang konsisten menunaikan shalat lima waktu, sementara mayoritas lainnya masih mengabaikan kewajiban ini. Bahkan, hanya 2% dari responden yang menjalankan shalat berjamaah secara rutin. Kenyataan ini menunjukkan masalah serius yang melibatkan generasi muda, terutama Gen Z dan millennial, yang menjadi kelompok paling rentan dalam mengabaikan shalat .
Efek Meninggalkan Shalat: Krisis Spiritualitas dan Moralitas
shalat, dalam Islam, bukan hanya kewajiban tetapi juga pengendali moral dan spiritual. QS. Al-Ankabut: 45 menegaskan bahwa “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” Ketika shalat mulai terabaikan, efek dominonya terasa pada melemahnya kendali moral individu, sehingga membuka peluang bagi perbuatan yang dilarang. Generasi yang tidak menjadikan shalat sebagai tiang utama dalam hidup mereka, cenderung kehilangan arah dan terjebak dalam budaya materialistik, hedonistik, dan jauh dari nilai-nilai agama. Dampak ini tak hanya dirasakan pada level individu, tapi juga kolektif. Ketika mayoritas generasi muda kehilangan pegangan spiritual, potensi krisis moral dan sosial akan semakin nyata. Fenomena seperti ini berujung pada hilangnya identitas spiritual yang mengikat umat Islam secara kolektif. Sebagai dampaknya, generasi yang seharusnya menjadi penerus dakwah, justru rentan terjebak dalam gaya hidup yang menjauhkan mereka dari nilai-nilai keislaman.
Penyebab Utama: Pengaruh Lingkungan Digital dan Gaya Hidup Modern
Salah satu faktor besar yang memengaruhi lalainya generasi muda dalam menjalankan shalat adalah gaya hidup modern yang penuh distraksi. Kehidupan digital saat ini, dengan segala kemudahan dan hiburan yang ditawarkan, menciptakan godaan yang kuat, mulai dari media sosial, game online, hingga maraknya konten hiburan yang kerap menyita waktu. Berdasarkan survei tersebut, Gen Z dan millennial hidup di tengah lingkungan yang menormalisasi kebebasan dan fleksibilitas dalam segala aspek, termasuk dalam hal beribadah. Padahal, dalam ajaran Islam, shalat harus dikerjakan tepat waktu dan teratur. Keterlibatan mereka dalam dunia digital juga menciptakan jarak antara diri mereka dengan nilai-nilai spiritual, membuat mereka seringkali lalai akan pentingnya shalat sebagai tiang agama. Lebih jauh lagi, pola pendidikan agama yang kurang relevan dengan dunia modern turut berkontribusi pada kurangnya kesadaran generasi muda terhadap pentingnya shalat. Banyak dari mereka yang merasa bahwa shalat hanyalah rutinitas kaku yang tidak berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari.
Solusi: Pendekatan Dakwah yang Inovatif dan Relevan
1. Pembenahan Pendidikan Agama: Hadis Rasulullah SAW menegaskan pentingnya pendidikan shalat sejak dini: “Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya saat mereka berusia sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud). Pendidikan agama harus lebih kreatif dan relevan dengan dunia mereka. Menggunakan pendekatan yang menekankan pentingnya shalat sebagai penghubung dengan Allah SWT serta memberi makna pada kehidupan sehari-hari, bisa membantu mengubah persepsi mereka.
2. Memanfaatkan Teknologi Digital untuk Dakwah: Generasi digital membutuhkan pendekatan dakwah yang sejalan dengan teknologi yang mereka gunakan. Konten-konten dakwah interaktif, seperti aplikasi pengingat shalat, video ceramah inspiratif, atau konten di media sosial yang relatable dengan kehidupan sehari-hari, bisa menjadi solusi untuk membangkitkan kesadaran mereka. Alih-alih hanya menegur, pendekatan yang lebih persuasif dan inspiratif melalui bahasa yang dekat dengan mereka akan lebih efektif.
3. Kolaborasi dalam Dakwah: Sebagaimana diungkapkan Azzam Mujahid Izzulhaq, dakwah yang efektif memerlukan kolaborasi seluruh elemen umat Islam. Baik dari kelompok tradisionalis, modernis, maupun fundamentalis, harus bersatu dalam satu misi: memperbaiki kualitas ibadah umat. Perbedaan metode dakwah tidak boleh menjadi penghalang, melainkan sarana untuk saling melengkapi. QS. Al-Anfal: 46 menegaskan: "Janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian.”
4. Menghidupkan Budaya Shalat Berjamaah: Salah satu cara paling efektif untuk membiasakan shalat adalah dengan menekankan pentingnya shalat berjamaah, terutama di kalangan anak muda. Survei menunjukkan hanya 2% umat Muslim Indonesia yang melaksanakan shalat berjamaah secara rutin, padahal shalat berjamaah dapat meningkatkan rasa kebersamaan, solidaritas, dan memudahkan seseorang untuk menjaga rutinitas shalat. Membiasakan shalat berjamaah di masjid atau mushola dengan lingkungan yang nyaman dan relevan dengan generasi muda bisa menjadi salah satu solusi jangka panjang.
Kesimpulan: Membangun Generasi yang Tangguh dengan Shalat
Survei Indonesia Moslem Report 2019 menjadi alarm keras bagi kita semua. Ketaatan dalam menjalankan shalat lima waktu, terutama di kalangan generasi muda, perlu segera diperbaiki. Shalat adalah tiang agama, dan ketika tiang itu goyah, seluruh struktur kehidupan spiritual akan runtuh. Melalui pendidikan yang lebih relevan, pemanfaatan teknologi dakwah, dan kolaborasi lintas elemen, umat Islam di Indonesia dapat bersama-sama membangun kembali ketaatan dalam menjalankan ibadah, terutama shalat lima waktu. Saatnya kita semua bergerak dan berperan aktif dalam dakwah yang menyeluruh dan terstruktur, dengan tetap fokus pada memperbaiki kualitas ibadah kita. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya yang pertama kali diwajibkan oleh Allah kepada umatku adalah shalat lima waktu...” (HR. Ahmad). Jika shalat kita baik, maka kehidupan kita pun akan lebih baik, dan generasi masa depan akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan bertakwa.