Kontroversi Produk Bermerek “Tuyul, Beer, Tuak, Wine” Mendapat Sertifikat Halal: Bagaimana respon kita?
Baru-baru ini, sertifikasi halal untuk produk bermerek "Tuyul," "Beer," "Tuak," dan "Wine" menjadi sorotan. Perdebatan ini mencuat karena masyarakat merasa bahwa nama-nama produk tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, meskipun isinya halal. BPJPH juga mengingatkan bahwa aturan tentang nama produk halal sudah diatur dalam SNI 99004:2021 dan Fatwa MUI No. 44 tahun 2020, yang mengharuskan nama produk tidak bertentangan dengan syariat Islam atau etika yang berlaku. Namun, kenyataannya beberapa produk yang menggunakan nama “wine” telah menerima sertifikat halal, baik dari Komisi Fatwa MUI maupun Komite Fatwa Produk Halal, yang menunjukkan adanya perbedaan pandangan dalam pelaksanaan aturan.
Sebagai Muslim, kita perlu merespons dengan bijaksana. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag telah menjelaskan bahwa penamaan produk-produk tersebut tidak mencerminkan isi yang haram, dan sertifikasi dilakukan setelah proses yang ketat. Namun, kita perlu mendukung penggunaan nama yang lebih sesuai dengan syariat Islam dan nilai-nilai kesopanan yang berlaku.
Kita sebaiknya mengedepankan sikap kritis namun tetap tenang dalam menilai isu ini. Klarifikasi dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) dan BPJPH menunjukkan adanya upaya menjaga transparansi dan komitmen dalam menjamin produk halal. Kita juga harus berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang belum jelas agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Selain itu, sebagai umat, kita perlu terus mempercayai sistem sertifikasi halal yang dijalankan oleh otoritas berwenang dan selalu mendukung perbaikan layanan mereka untuk memastikan semua produk yang dikonsumsi sesuai dengan standar kehalalan yang seharusnya. (ayrus)
